saya adalah angsa yang tidak biasa. menuliskan kisah ini saja kalian harusnya takjub.
saya terlahir dari ibu bapak angsa. saya gak tau apa itu entok, itik, bebek, saya adalah angsa.
sebagai seeokor angsa, masa depan saya cerah. jadi model iklan ataupun bintang film sudah pasti di tangan. tapi nasib berkata lain,
saya kecelakaan. bukan dihamili. saya kecelakaan di jalan. ketika saya menyebrang jalan, saya tidak memperhatikan sekitar saya. dan bum. saya terkapar.
klise? kamu harap cerita apa dari seekor angsa?
kami tidak dilahirkan untuk punya nama besar.
jadi pahlawan atau koruptor.
kami hanya angsa, yang terkadang hanya berakhir di perut orang2 yang jadi pahlawan/koruptor.
jadi dalam cedera ini saya menulis kisah dari sudut pandang seorang angsa.
jangan harap kisah besar tertuliskan, saya hanya adalah angsa.
lupakan pelajaran bahasa indonesia yang kalian dapat di bangku sekolah, tapi jangan lupakan jati diri kalian sebagai manusia.
kisah I
nenek moyang saya bukan pelaut, walau mereka perenang handal. lahir tahun 45an nenek moyang saya merasakan rasanya jadi pahlawan. kakek kakek saya 7 bersaudara, 5 dari kami menjadi pahlawan dengan mudah. ditangkap para pejuang kita, lalu dibakar dan disantap. mungkin ini syuhada versi angsa. tapi saya tidak tau apa angsa bisa mati sahid apa nggak. sholat saja kami nda pernah.
jadi kakek saya dan saudaranya berhasil kabur bukan karena jago. kami masih terlalu kecil, mungkin mereka nyimpan2 mereka. tapi apa peduli. kakek saya harus hidup untuk melahirkan keturunan yang bercerita tentang mereka.
kakek saya amat miskin. gak pernah punya duit. punyapun gak bisa dipakai. jadi isitlah kakek saya itu hidupnya cuman menggembel sana sani. makan apa yang bisa dimakan. kakek saya pernah cerita, dulu bapaknya makan daun singkong daun pepaya. bukannya malah tambah sehat? itu kan sayuran penuh gizi. tapi ternyata itu hanya berlaku di manusia. daun2 itu bagi lambung angsa kurang baik. entah mengapa.
susah memang jadi angsa jaman itu. sekarang pun masih.
lalu kakek saya bertemu cinta pertamanya di sebuah desa pencuri. angsa itu ternyata angsa curian. tapi kami gak mengenal haram-an2. jadi kakek pun bercinta di saat kesemptan pertama datang. gak malu apa? ah di depan pencuri tak tahu malu ngapain malu.
lalu lahirlah kakek saya beberapa saat kemudian.
dan berakhirlah kisah pertama dari generasi pertama yang bisa terlacak.